Home / Blog / Pembekalan Praktikum “Kajian Sosial Keagamaan” Jurusan Perbandingan Agama, Sungguh Luar Biasa

Pembekalan Praktikum “Kajian Sosial Keagamaan” Jurusan Perbandingan Agama, Sungguh Luar Biasa

Malang _ Fakultas Ushuluddin menyelenggarakan pengkajian sosial keagamaan dengan memberikan pembekalan terhadap mahasiswa kegiatan tersebut menghadirkan pemateri dari Malang (Gus Ach Dhofir Zuhry selaku Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen Malang). (18/10/)

Menjadi kebiasaan Gus Dhofir sebelum memulai acara dengan bertawassul dan bermunajat dengan kalimat “Aku Beragama Dengan Agama Cinta”

Beliau sampaikan bahwa kalau kita beragama dengan cinta, maka tidak ada bentuk kebencian, tuduhan dan penistaan terhadap Agama. faktanya Agama selalu dijadikan kendaraan bagi elit kapitalis.

Dalam penyampaiannya Gus Dhofir juga mengutip dari Jean Jacques Rousseau (seorang filosof dari Perancis) Agama adalah kontrak sosial. Ya, karena Agama tidak bisa lepas dari antropologi budaya, saling berkorelasi satu sama lain.

Beliau juga menyampaikan Didalam Agama itu ada dua. Pertama adalah liturgi, niscaya bagi umat beragama untuk melakukan kegiatan-kegiatan peribadatan keagamaan. kedua sakramen, peribadatan yang suci untuk mendekatkan diri pada Tuhannya, sebagai jalan penempuh spiritual.

Dengan mencontohkan Agama Islam adalah Kontinuasi dari Agama monotheis atau Abrahamistik, yaitu yang mewariskan kepercayaan pada satu Tuhan. Dan sekaligus Islam merupakan diskontinuasi dari Agama yang Paganistik (penyembah berhala) baik berhala Arca maupun berhala selangkangan, internet dan juga berhala-berhala yang serupa.

Gus millenial ini menambahkan dengan sepenggal sejarah Maulid Nabi. Mudhaffarrudin Gabburi ia adalah seorang yang menginisiasi Maulid Nabi. Pada mulanya ia terinspirasi dari kaum Kristiani yang pada saat itu Islam sedang mengalami kekalahan dalam perang.
Meskipun yang sesungguhnya tidak pernah ada perang yang otentik atas nama Agama. meflud kanderi; yaitu memperingati kelahiran Yesus. Peringatan Maulid Nabi murni diadopsi oleh orang Kristen. Singkat cerita, dari sinilah orang Islam terinspirasi memulai memperingati maulid Nabi yang notabene adalah tradisi umat Kristen.
Pada saat itu mereka memenangkan peperangan. Kemudian dari sanalah Mudhaffarudin Gabburi berinisiasi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan tujuan agar orang Islam mampu memenangkan peperangan. Terbukti kemenangan ditangan orang Islam setelah melakukan perayaan Maulid Nabi.

Ia juga menjelaskan apa itu Gereja? Dalam kepercayaan orang Kristen, Gereja itu orang yang menyatu dengan Tuhan, jadi Gereja itu bukan gedungnya melainkan orang yang telah sampai kemudian menyatu spiritualitasnya dengan Tuhan.

Sayyed Husaen Naser (cendekiawan Muslim); kalau Agama tidak benar maka pembawa Agama tidak benar, dan kalau pembawa Agama tidak benar maka Tuhan juga tidak benar. Lalu semuanya menjadi muspra, non sense tanpa terkecuali itu Agama Islam, Kristen, Yahudi, Hindu Budha
kebenaran dalam Agama bukan legitimasi dari perang, sehingga banyak persoalan yang Agama tidak menyelesaikan secara keseluruhan. Sebagai contoh ada seseorang bayi yang nangis ketika bersama rombongan (sekitar 200 orang) yang sedang bersembunyi dari perang. Nah, kalau bayi ini dibiarkan menangis maka rombongan tadi semuanya akan mati karena ketahuan oleh musuh. Pilihannya hanya dua, bunuh bayinya atau mati bersama karena tidak tega membunuh bayi tersebut. Disanalah Agama tidak bisa memilih antara keduanya yang sama-sama tidak dibenarkan dalam Agama.

Maka dari itu, tidak benar perang atas nama Agama, yang ada adalah perang ekspansi ekonomi, ekspansi kekuasaan ekspansi politik, (Bisa Anda cek dalam bukunya Karen Amstrong – Perang Suci) lalu kemudian Agama dituntut untuk melegitimasi perang yang sebenarnya adalah perang kekuasaan. Penyampaian Gus Dhofir

Penulis: Andi
Editor: Tim SNNet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version